• Breaking News

    Amerika membara akibat demontrasi berujung rusuh

    Sumber foto : Julio Cortez
    HAVIA WORLD | AMERIKA SERIKAT | Semenjak di berlakukannya jam malam di berbagai kota di Amerika Serikat, Unjuk rasa dan kerusuhan tidak lagi mampu dibendung dan menyebar ke seluruh negara bagian, dikarenakan kematian seorang pria kulit hitam bernama George Floyd saat adegan ditangkap polisi. Sebetulnya dari berbagai sumber unjuk rasa selama ini berlangsung damai, namun dalam kondisi kasus yang lebih besar, banyak para pengunjuk rasa terlibat dalam baku hantam yang berujung bentrok dengan petugas polisi, membakar mobil-mobil Polisi, merusak property atau menjarah toko-toko.

    Kemarahan massal yang berujung unjuk rasa dengan brutal karena dipicu kematian George Floyd dan kematian warga kulit hitam lain di Amerika Serikat, Negara mengerahkan Garda Nasional sebesar 5000 personel di 15 negara bagian dan washington DC.


    Sumber video : Page Facebook Jabatan Natizen Indonesia 

    Profesor Clifford Stott, yang merupakan seorang ahli dalam ilmu perilaku kerumunan dan ketertiban umum di Universitas Keele, Inggris, mengungkapkan, " Insiden seperti kematian George Floyd bisa merupakan sebuah momen yang memicu dan mewakili pengalaman yang lebih luas diantara banyak komunitas orang kulit hitam hubungannya dengan polisi, "ujarnya.

    Konfrontasi pasti mungkin akan terjadi ketika ada ketidaksetaraan struktural, Clifford banyak mengamati secara luas soal kerusuhan di Inggris pada 2011 lalu, kerusuhan ini bisa meluas karena pengunjuk rasa dari kota-kota yang berbeda saling menyamakan identitas dan tujuan, karena etnis mereka, atau karena memiliki rasa tidak suka yang sama terhadap perlakuan aparat. Aparat polisi yang tampak kewalahan itu juga membangkitkan insting perusuh untuk tambah lebih beringas, tetapi ini tidak akan terjadi bila polisi menjalin hubungan baik dengan masyarakat setempat, namun menurut para ahli yang tak kalah penting adalah bagaimana polisi bereaksi terhadap demontrasi tersebut, dikutip dari bcc.com .


    Sumber video 2 : Page Facebook Jabatan Natizen Indonesia

    Sumber video : Page Facebook Peu yg na video

    Contoh yang bisa diutarakan oleh Prof. Stott, ketegangan muncul hanya karena beberapa orang melawan polisi dalam kerumunan besar pengunjuk rasa, tetapi polisi sering bereaksi terhadao massa secara keseluruhan, bila polisi melakukan itu dan massa merasa itu perlakuan yang buruk maka itu dapat meningkatkan mentalitas massa untuk melawan balik secara brutal.
    "Kerusuhan adalah produk interaksi, sebagian besar berkaitan dengan sifat cara polisi memperlakukan orang banyak," kata Prof Stott.

    Untuk meredam kerusuhan dengan cara mengerahkan garda nasional dan meningkatkan agresivitas mereka, menurut Darnell Hunt, dekan ilmu sosial UCLA adalah kurang tepat, "Mengerahkan garda nasional, menggunakan peluru karet, gas air mata, dan semprotan merica. Ini adalah serangkaian taktik polisi yang dapat memperburuk situasi yang sudah tegang, "himbaunya.


    Alm. George Floyd
    Penjarahan yang terjadi dan jenis-jenis vandalisme di Amerika Serikat, mengakibatkan ratusan bisnis mengalami kerugian, dan penjarahan pun meluas di Los Angeles dan Minneapolis selama akhir pekan. Ini dipicu dari kematian George Floyd yang merupakan warga Afrika-Amerika yang diduga akibat sikap rasialis polisi kulit putih, meluas hingga 40 wilayah di AS bahkan sampai Inggris dan Selandia Baru.

    George Floyd seketika itu menjadi ikon pergerakan antirasis di Negeri Paman Sam karena apapun alasannya pasti merupakan bagian dari ketidaknyamanan pasca pandemi covid-19 yang selama ini membuat ekonomi, kecemasan memburuk. Floyd juga saat otopsi kematiannya dinyatakan positif terjangkit virus corona pada April 2020, tetapi polisi menyebut bukan itu yang menyebabkan kematiannya, dan juga Floyd tidak menunjukan gejala saat insiden senin, (25/05/2020) terjadi.

    Dr. Andrew Baker yang merupakan kepala pemeriksa medis di Hennepin County mengungkapkan, "pengidap positif covid 19 dapat bertahan berminggu-minggu, hasil otopsi kemungkinan besar menunjukkan tanpa gejala, tetapi persisten dari infeksi sebelumnya, "tulis Baker dalam laporan yang dirilis pada Rabu (03/06/2020) atas seizin keluarga Floyd.

    Laporan setebal 20 halaman itu menyatakan kematian Floyd karena pembunuhan, floyd tewas karena jantungnya berhenti akibat polisi Derek Chauvin menekan batang lehernya. (Ray)

    No comments