• Breaking News

    5 NEGARA SEKITAR LAUT CHINA SELATAN SIAP TEMPUR

    Sumber gambar (paracel Island)

    HAVIA WORLD|INTERNASIONAL| 
    Perdagangan tahunan yang terjadi di laut China Selatan adalah sepertiga lalu lintas maritim global yaitu sekitar 5 Triliun dollar Amerika serikat. Saat ini ada 6 negara yang tidak mau wilayah itu menjadi wilayah eksklusif bagi salah satu negara saja.


    Beijing mengklaim sepihak atas wilayah Internasional tersebut, Selain menumpuk pasir ke terumbu yang ada, Cina telah membangun pelabuhan, instalasi militer, dan landasan udara, khususnya di Kepulauan Paracel dan Spratly. Setiap landasan udara itu masing-masing memiliki 20 dan 7 pos terdepan. Tidak hanya itu China juga melengkapi wilayah tersebut dengan kekuatan militernya, seperti jet tempur, rudal jelajah, dan sistem radar.

    Beijing juga mengklaim pulau-pulau kecil di Laut China Selatan dan telah membangun sekitar 1.300 hektar lahan untuk dapat menopang infrastruktur militer, dan juga landasan pacu yang cukup panjang untuk bisa menampung pesawat pengebom, yang tentu membuat berang negara sekitarnya.


    Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Filipina memiliki kepentingan yang tinggi terhadap keberlangsungan ekonominya, kebutuhan itu sudah berlangsung berabad-abad. Begitu juga negara yang tidak mengklaim kawasan itu secara langsung juga memiliki kepentinganjya sendiri, seperti kawasan perikanan laut Natuna yang berbatasan dengan laut china selatan juga menyimpan cadangan gas alam yang penting buat Indonesia.


    Negara lain juga memiliki kepentingan yang gak jauh hebat, korea selatan dan jepang misalnya mereka walau tidak mengklaim tetapi sangat terganggu bila kawasan bebas itu terganggu karena separuh kebutuhan energi mereka mengandalkan kawasan tersebut. 

    Belum lagi kepentingan Amerika di kawasan tersebut, Amerika dan sekutunya akan bergerak menekan permainan politik China terhadap kawasan bebas tersebut. Ini juga ditanggapi oleh Wakil asisten sekretaris pertahanan untuk Asia Tenggara, Reed Werner mengatakan kepada Fox News bahwa Tiongkok terus terlibat dalam perilaku yang meningkatkan risiko perselisihan." Kelompok Kapal induk Tiongkok bermanuver dengan cara tidak aman dan tidak profesional di dekat kapal perusak berpeluru kendali Angkatan Laut AS, USS Mustin di Laut Cina Selatan", ujarnya.

    Di laporankan oleh media Global Times China menunjukkan disana bahwa armada laut Tiongkok yang dipimpin kapal induk Liaoning sedang melakukan pertempuran tiruan di Laut China Selatan pada akhir bulan April lalu. Padahal saat ini negara-negara disekitaran wilayah sana lagi konsentrasi untuk pemulihan wabah Covid-19. Kondisi ini akan memperkeruh persahabatan negara-negara yang tidak terima akan perlakuan Tiongkok akan semakin meruncing kearah pertempuran sesungguhnya. (Ray

    No comments