• Breaking News

    Upaya Memuliakan Air dan tanah untuk Atasi Banjir

     

    Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc. MMA
    •Rektor Dwijendra University
    •Ketua HKTI Bali
    •Ketua Perhepi Bali

    DENPASAR - Banjir yang terjadi Senin, 16 Oktober lalu lalu telah meluluhlantakan beberapa Kawasan seperti di Jembrana, Tabanan, Badung dan Karangasem dan daerah lainnya.

    Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian yang semakin serius oleh berbagai pihak seperti pemerintah, perguruan tinggi, warga masyarakat dan stakeholder lainnya untuk dapat mencegah terjadinya banjir dan kerusakan akibat banjir tersebut. Visi Gubernur Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali dapat semakin diimplementasikan baik secara sekala maupun niskala guna menjaga alam dan lingkungannya.

    Berbagai upaya yang dapat dilakukan adalah penguatan program dan implementasi secara integrative dan sinergis berkenaan dengan pelestarian atau konservasi sumber daya air dan tanah, pendayagunaan sumber daya air dan tanah dan pengendalian daya rusak air dan tanah.

    Konservasi sumber daya alam (air dan tanah) perlu dilakukan dari kawasan hulu sampai ke hilir, seperti Kawasan danau, pegunungan/hutan, daerah aliran sungai, daerah tangkapan air hujan, Kawasan produktif dan pantai. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk konservasi tersebut adalah menjaga atau melindungi danau dan hutan dan Kawasan lainnya melalui penanaman hutan-hutan yang sudah terdegradasi atau rusak akibat ulah manusia atau alam sehingga Kawasan tersebut dapat berfungsi menahan aliran air permukaan, menyerap air ke dalam tanah dan mencegah terjadinya longsoran atau erosi tanah terutama pada Kawasan yang tingkat kemiringannya sangat tinggi.

    Selain itu, alih fungsi tanaman juga perlu dikendalikan sesuai dengan topografi tanah dan fungsi Kawasan tersebut. Pananaman tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi pada lahan-lahan yang memiliki kemiringan tinggi agar dapat dikendalikan atau dicegah guna menjaga fungsi konservasinya.

    Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan adalah membangun banguna-bangunan penahan erosi, rumah hujan, atau panen hujan guna menghindari adanya aliran air permukaan yang tinggi ke bagian hilirnya.

    Pengelolaan konservasi di Kawasan-kawasan hulu sampai ke hilir melibatkan berbagai sector, bukan semata-mata dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, tetapi juga dari lintas kementerian, dan warga masyarakat termasuk keterlibatan desa adat yang memiliki filosofi tri hita karana, yang salah satunya menjaga keharmonisan dengan alam. Oleh karena itu, diperlukan adanya perencanaan konservasi, pemanfaatan dan pengendalian sumber daya air dan tanah secara menyeluruh dan terpadu guna mencegah terjadinya bencana akibat daya rusak air dan tanah tersebut.

    Prakarsa dan partisipasi masyarakat harus semakin didorong dan ditingkatkan dalam perencanaan dan implementasi berbagai upaya konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air dan tanah di wilayahnya masing-masing dan tetap berkoordinasi serta sinergi dengan desa-desa lainnya yang menjadi satu kesatuan dengan sistem hidrologisnya.

    Konservasi air dan tanah menyangkut berbagai kegiatan seperti perlindungan dan pelestarian, pengawetan, pengelolaan kualitas dan mencegah serta mengendalikan pencemaran air dan tanah.
    Sejalan dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali, upaya sekala dan niskala terhadap pengelolaan lingkungan dan banjir yang dapat dilakukan adalah melalui memuliakan air dan tanah dengan keyakinan ibu pertiwi yang harus dijaga sebaik-baiknya;  dan air memiliki makna kehidupan, penyembuhan, kesuburan, penyucian, keabadian dan pelestarian. (Tim)

    No comments