• Breaking News

    Merapi masih mengepulkan asap putih, satwa turun tak boleh ditangkap

     

    Lutung Jawa. (Foto: nationalgeographic.grid.id)

    HAVIA WORLD|Yogyakarta| Gunung Merapi masih memperlihatkan asap putih tebalnya, bukan hanya satu titik saja tetapi terpantau di dua titik dari puncak gunung merapi. Dari pantauan akun netizen yang terunggah di akun media sosialnya (twitter) @renjerhitam mengatakan bahwa, "Selamat berakhir pekan, Merapi pagi ini dari radius 18 km, "tulisnya yang menunjukan video Gunung Merapi dengan pekatnya asap putih membumbung tinggi ke udara (28/11).

    Terkait fenomena asap putih itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menjelaskan peristiwa tersebut merupakan hal yang masih dikatakan wajar. Pihaknya menjelaskan bahwa itu merupakan asap sulfatara.

    "Asap tadi pagi adalah emisi asap sulfatara seperti biasa," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat dihubungi wartawan, Jumat (27/11) tulis detik.com .

    Dalam kondisi Merapi akan erupsi seperti ini biasanya satwa akan berbondong-bondong turun gunung. Keadaan yang sudah hampir 3 pekan ini  naik jadi Siaga (level III), terpantau seperti waktu yang lalu kawanan lutung sempat turun hingga di Dusun Pajegan, Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Daerah Merapi yang merupakan perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)-Sleman, mendapat keterangan  dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) meminta agar masyarakat tidak menangkap satwa Merapi yang turun.

    "Kami menghimbau kepada masyarakat yang berada di sekitaran kawasan (TNGM) untuk tidak menangkap satwa yang turun gunung akibat erupsi ini, " ujar Pujiati selaku Kepala Balai TNGM,(27/11).

    Tetapi menurutnya masyarakat sudah cukup paham mengenai hal itu, satwa yang turun tidak akan diganggu melainkan dilaporkan kepada petugas TNGM. Ia juga menambahkan bahwa populasi lutung dikawasan TNGM, dengan nama latin Trachypithecus Auratus termonitor pada bulan Oktober 2020 di dua lokasi yaitu Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Kemalang di Klaten dan RPTN Musuk Cepogo di Boyolali, dijumpai di zona rimba (4 km dari puncak Merapi), denhan total populasi 19 ekor dan di RPTN Musuk-Cepogo, lutung dijumpai di zona inti dan zona rimba (3-3,5 km dari puncak) total populasi 60 ekor.

    Sementara data yang diperoleh dari kegempaan adalah gempa guguran sebanyak 21 kali, gempa hembusan 46 kali, gempa fase banyak 208 kali dan gempa vulkanik dangkal 14 kali. Daerah yang diperkirakan merupakan daerah bahaya yang berpotensi terdampak erupsi Gunung Merapi adalah Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo dan Dusun Palemsari di Desa Umbulharjo yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar di Desa Ngargomulyo, Dusun Trayem, Pugeran, Trono di Desa Krinjing, Babadan 1, Babadan 2 di Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa tengah.

    Kemudian Dusun Stabelan, Takeran, Belang di Desa Tlogolele, Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur di Desa Klakah dan Dusun Jarak, Sepi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Selanjutnya Dusun Pajekan, Canguk, Sumur di Desa Tegal Mulyo, Dusun Petung, Kembangan, Deles di Desa Sidorejo dan Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. (Tim)

    No comments